Sifat – Sifat Tercela
Aryanti Ayu A. (04)
Aulia Fitriana (06)
Dian Dwi P. (10)
Elsa Purnama S. (17)
Kelas
8I
SMP
20 Malang
Jl.
R. Tumenggung Suryo 38 Malamg
Telp.
(0341) 476082
Kata Pengantar
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah Agama yang berjudul Sifat – Sifat Tercela.
Makalah ini dimaksudkan agar pembaca
dapat memahami materi agama islam mengenai sifat-sifat tercela. Sehingga
senantiasa dapat menghindarinya dan selalu menerapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu manfaat dari mempelajari
materi ini diharapkan menambah iman dan taqwa pada Allah S.W.T dan rasulnya
Muhammad S.A.W.
Perlu diketahui, disini akan
dijelaskan mengenai macam-macam sifat-sifat tercela seperti Ananiah, Gadab, Hasad,
Gibah,dan Namimah.
Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kami pribadi agar menjadi manusia yang
baik.
Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya bila ada kesalahan yang kami sengaja maupun tidak dalam
pembuatan makalah ini.
Malang, 25 September 2011
Penyusun
I
S I
Akhlak secara terminologi
berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari
kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
tingkah laku, atau tabiat.
Tiga
pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali,
dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Islam sangat menutamakan dan
menghargai eksistensi manusia. Oleh karena itu, Allah sangat murka apabila
manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa dasar aturan Nya. Perilaku
tercela seperti merampok, membunuh, asusila, dan pelanggaran hak asasi manusia
merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia yang sesungguhnya telah
dimuliakan oleh Allah. Nah, untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampu
membentengi diri, marilah kita bersama-sama menganalisisnya dalam pembahasan
kali ini.
Dalam Encyclopedia Brittanica,
akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi
yang sistematik
tentang tabiat
dari pengertian nilai baik,
buruk,
seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap
sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang
ingin dikatakan berakhlak.
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan
baik atau buruk
Akhlak bersumber pada agama. Peragai
sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat
dan watak
yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk,
ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.
Lingkungan yang paling kecil
adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat
dan watak
yang merupakan bawaan seseorang. Tolong-menolong merupakan salah satu akhlak
baik terhadap sesama.
Akhlak tercela (Akhlakul mazmumah), yaitu
segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut
sangat di benci oleh Allah SWT.
Pada hakikatnya, bila kita tidak ingin dicela, maka kita
jangan mencela orang lain. Mereka yang tersesat mengikuti ajakan hawa nafsunya
dan terjerumus dalam kesesatan dan perbuatan tercela berarti telah terjangkit
penyakit hati.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Hati
dinamakan qalbu karena selalu bolak-balik, perumpamaan hat itu bagaikan bulu
yang tergantung di bawah pohon yang selalu dibolak-balik angin dari atas dan
bawah saling bergantian.”
Beberapa sifat tercela antara lain: hasud,
dengki, iri, suka membicaran aib orang, mengumpat, dusta, dan lain lain.
Rasulullah s.a.w. bersabda
yang bermaksud:“Bukankah aku telah memberitahu kamu tentang ahli-ahli
neraka? Mereka itu ialah orang-orang yang keras kepala, sombong, suka mengumpul
harta tetapi tidak suka membelanjakannya untuk kebaikan”.
1. Keras kepala
(degil) adalah sifat orang yang tidak mahu menerima kebenaran. Begitu juga
orang yang tamak pada harta dan tidak suka membelanjakan harta untuk kebaikan
kerana sombong, mereka ini tergolong sebagai ahli neraka.
2. Harta merupakan amanah Allah kepada menusia
oleh itu ia hendaklah dibelanjakan untuk diri, keluarga dan orang-orang yang di
bawah tanggungan serta memberi bantuan kepada orang yang memerlukannya dengan
cara yang diredhai oleh Allah.
3. Islam amat
melarang umatnya bersifat dengan sifat-sifat yang tercela, seperti sombong,
takbur, riak, keras kepala, suka tamak dan sebagainya kerana semua sifat-sifat
ini boleh menyeret seseorang itu ke dalam neraka.
Dari 'Amr bin
Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata,
"Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap
makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu,
orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?".
Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah
mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu
cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab,
"Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa
keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas,
"Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami
memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati".
Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu
menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar
(ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka
sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan
dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju
syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah
itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian
maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas,
"Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya.
Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/
Juz III/ Hal. 140)
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya
sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya
sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah,
pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri
dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia
mempunyai perbuatan.
Dalam bergaul di tengah-tengah masyarakat, kita tidak
boleh memiliki sifat ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Semua sifat itu
akan merugikan diri kita sendiri.
Nah, mari kita pelajari pengertian serta bahaya
ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah berikut ini........................
ANANIAH
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab ana yang
berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan kata iyah. Ananiah berarti
’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut egois, yaitu sikap hidup yang terlalu
mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan
orang lain.
Egois merupakan sifat tercela yang dibenci oleh Allah
swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan
pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois biasanya
membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan rendah.
Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.
Firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa
diri paling benar, menganggap orang lain salah.
Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah
suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis.
Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku
ananiah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri
sendiri ataupun
orang
lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan
akan mengarah pada
sikap
takabur yang dibenci Allah swt
c. Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan
mempunyai hak yang
sama.
d. Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois antara lain
:
a. jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang
yang egois tidak suka
menolong
orang lain.
b.Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.Menimbulkan kebencian dan permusuhan , sehingga
merugikan diri sendiri.
GADAB
Gadab (marah) secara bahasa artinya keras, kasar, dan
padat. Orang yang marah (pemarah) disebut gadib. Gadab merupakan antonim
(lawan kata) dari rida dan hilm (murah hati) . Secara istilah, gadab
berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan
atau perbuatan orang lain.
Amarah selalu
mendorong manusia bertingkah laku buruk atau jahat. Seorang pemarah tergolong
lemah imannya karena berpandangan picik dan tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya. Sebaliknya, jika
seorang berpandangan luas dan dapatmengendalikan hawa nafsunya, maka ia akan
bersikap arif atau bijaksana dalam menyelesaikan setiap masalah.
Orang mukmin yang baik selalu bersedia memaafkan
kesalahan saudaranya, baik yang diminta ataupun tidak,karena hanya mengharapkan
keridaan Allah SWT.
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali
Imran: 134)
Contoh Ghadab; marah tanpa sebab, mudah tersinggung,
tidak bisa mengendalikan diri.
Menghindari Perilaku Gadab
Adapun untuk menghindari perilaku gadab diantaranya:
a. Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas
panjang.
b. Meninggalkan factor-faktor yang menyebabkan
timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci
Allah swt. dan manusia
d. Berusaha belajar, lapang dada, dan mudah memaafkan
orang lain.
Akibat buruk
sifat ghadab atau pemarah antara lain :
a. Dibenci Allah, Rasul-Nya, dan manusia.
b. Dapat merusak iman seseorang.
c. Menimbulkan dendam dan sakit hati.
d..Menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan, sehingga
merusak
persahabatan
dan persaudaraan.
Rasulullah Saw bersabda :
Sesungguhnya murka dan marah itu dapat merusak iman
sebagaimana juga dapat
merusak madu;
Cukuplah terhinanya murka dan marah sebagai pelajaran
bagimu, yaitu engkau berfikir dan merenung tentang perbuatan seseorang di saat
ia murka dan marah.
HASAD
Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan
benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.
Secara istilah ialah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak
senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan atau karunia dari Allah
swt.
Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan
atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang
sangat berbahaya, karena harus dijauhi. Apabila dibiarkan ,akan dapat merusak
dan menghilangkan
semua amal kebaikan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : “jauhkanlah
dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan , ibarat
api yang membakar kayu.” (HR. Abu Daud )
Contoh Hasad; mencemarkan nama baik orang lain,
menjelek-jelekan orang lain karena iri, dan suka memusuhi orang lain.
Cara menghindari perilaku hasad antara lain :
a. Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahaya dan
harus dijauhi
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus
segala kebaikan yang
dilakukan
Apabila masih suka menghasad.
d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa
kita.
e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan
yang kita miliki.
Di dalam Al-Quran dikisahkan:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurutyangsebenarnya, ketika keduanya memper-sembahkan
kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil).
Qabil berkata : “Aku pasti membunuhmu!”
Berkata Habi l: “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali
dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi
penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim.”
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap
mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di
antara orang-orang yang merugi.
GIBAH
Secara bahasa, gibah (menggunjing) ialah membicarakan
keburukan (keaiban) orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelekan
dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik
jasmani, agama, kekayaan, akhlaq ataupun bentuk lahiriyahnya.
Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bias
terjadi dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal ini berhubungan dengan
agama seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik ,munafik dan
lain-lain.
Allah swt melarang keras perilaku gibah tersebut dan menyeru untuk
menjauhinya, karena gibah digambarkan dengan sesuatu yang amat kotor dan
menjijikan .
firman Allah swt:
Artinya : “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya..”( QS. Al Hujurat : 12 )
Contoh Gibah; mengumpat dan suka membeberkan kesalahan
orang lain
Cara menghindari dari perilaku tercela antara lain :
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan gibah ialah penyebab
kemarahan dan
kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah
akan pindah
kepada
orang yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat
terlebih dahulu aib
dirinya
sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya gibah
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan
gibah
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya.
"Artinya : Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya,
niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari
wajahnya". (HR Ahmad) "Wahyu Pamungkas"-Dibawah Naungan Al-Quran.
NAMIMAH
Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara
istilah, namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah antara seseorang
dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuhan. Namimah termasuk
perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah swt. dalam Al Qur’an :
Artinya : ‘ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang
banyak bersumpah lagi gina, yang banyak mencela yang kian kemari menghambur
fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa,
yang aku kasar selain dari itu yang terkenal kejahatannya.: (QS> Al Qalam 10
– 14 )
Contoh Namimah; bermuka dua, suka mengadu domba orang
lain.
Namimah hukumnya haram berdasarkan
ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan
haramnya namimah dari Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala, yang artinya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak
bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.”
(QS. Al Qalam: 10-11)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)
Perkataan “Tidak akan masuk
surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas bukan berarti bahwa
pelaku namimah itu kekal di neraka. Maksudnya adalah ia tidak bisa
langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah untuk tidak mengkafirkan
seorang muslim karena dosa besar yang dilakukannya selama ia tidak
menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut berstatus kufur akbar semisal
mempraktekkan sihir -ed).
Ya ukhty, janganlah rasa tidak suka
atau hasad kita pada seseorang menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil
kepadanya, termasuk dalam hal ini adalah namimah. Karena betapa banyak
perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Lebih
dari itu, hendaknya kita tidak memendam hasad (kedengkian) kepada saudara kita
sesama muslim. Hasad serta namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci
Allah karena dapat menimbulkan permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar
kaum muslimin bersaudara dan bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.
Oleh: Syaikh Abbas al-Qummi Saudaraku, berusahalah
sebisa mungkin untuk tidak marah dan murka. Ukirlah jiwa dan dirimu dengan
hiasan kesabaran dan ketabahan. Ketahuilah sesungguhnya marah dan murka itu
merupakan kunci segala keburukan dan bisa jadi bahwa puncak kemarahan itu akan
mengakibatkan kepada kematian secara tiba-tiba
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan
daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri),
dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas
kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,)
Ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena
berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah.
“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu
(hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah,
lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun
malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia
infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).
Berbicara
mengenai bahaya lisan memang tidak ada habisnya. Lisan, hanya ada satu di
tubuh, tapi betapa besar bahaya yang ditimbulkan olehnya jika sang pemilik tak
bisa menjaganya dengan baik. Ada pepatah yang mengatakan “mulutmu adalah
harimaumu”, ini menunjukkan betapa bahayanya lisan ketika kita tidak
menjaganya, sedangkan pepatah jawa mengatakan ajining diri ono ing lati,
yang maknanya bahwa nilai seseorang ada pada lisannya, nilainya akan baik jika
lisannya baik, atau sebaliknya.
Bahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada
seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada
di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya
surga.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga Allah Ta’ala selalu
melindungi kita dari kejahatan lisan kita dan tidak memasukkan kita ke dalam
golongan manusia yang merugi di akhirat dikarenakan lisan yang tidak terjaga, “Allahumma
inni a’uudzubika min syarri sam’ii wa min syarri bashori wa min syarri lisaanii
wa min syarri maniyyii.” (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu
dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku, lisanku, hatiku, dan kejahatan
maniku.
Kesimpulan & Hikmah
Ø Kesimpulan
:
· Perilaku tercela adalah
Ananiah, Ghibah, Gadab, Hasad, dan Namimah.
· Ananiah
adalah sifat yang menilai sesuatu berdasarkan dirinya sendiri sehingga tidak memedulikan
kepentingan orang lain. Ananiah sering disebut egois.
· Gadab
merupaka sifat tercela yang berarti marah. Marah adalah perasaan sangat tidak
senang.
· Hasad
berarti menaruh perasaan marah atau benci karena iri terhadap keberuntungan
orang lain. Hasad juga sering disebur iri hati atau dengki.
· Gibah
adalah membicarakan seseorang yang tdak ada kenyataanya dengan maksud mencari
kesalahan-kesalahannya serta menjeek-jelekannya.
· Namimah
sering diartikan fitnah. Fitnah adalah perkataan buhong atau tanpa dasar dengan
maksud menjelekkan orang-orang lain.
Ø
Hikmah
:
· Kita dapat menghindari sifat-sifat tercela
dalam kehidupan. Karena sadar itu semua
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
· Bergaul di tengah masyarakat dengan saling
sayang-menyayangi.
· Hidup bahagia tenang dan damai karena tidak ada rasa benci dan resah
terhadap
siapapun.
· Senantiasa
sabar walaupun ada berbagai masalah.
· Terbebaskan dari permusuhan dan pertengkaran
terhadap sesama.
· Berusaha mengoreksi kesalahan sendiri.
· Selalu mengingat Allah sehingga Menambah iman
dan taqwa pada Allah Sifat – Sifat Tercela
Aryanti Ayu A. (04)
Aulia Fitriana (06)
Dian Dwi P. (10)
Elsa Purnama S. (17)
Kelas
8I
SMP
20 Malang
Jl.
R. Tumenggung Suryo 38 Malamg
Telp.
(0341) 476082
Kata Pengantar
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah Agama yang berjudul Sifat – Sifat Tercela.
Makalah ini dimaksudkan agar pembaca
dapat memahami materi agama islam mengenai sifat-sifat tercela. Sehingga
senantiasa dapat menghindarinya dan selalu menerapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu manfaat dari mempelajari
materi ini diharapkan menambah iman dan taqwa pada Allah S.W.T dan rasulnya
Muhammad S.A.W.
Perlu diketahui, disini akan
dijelaskan mengenai macam-macam sifat-sifat tercela seperti Ananiah, Gadab, Hasad,
Gibah,dan Namimah.
Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kami pribadi agar menjadi manusia yang
baik.
Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya bila ada kesalahan yang kami sengaja maupun tidak dalam
pembuatan makalah ini.
Malang, 25 September 2011
Penyusun
I
S I
Akhlak secara terminologi
berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari
kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
tingkah laku, atau tabiat.
Tiga
pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali,
dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Islam sangat menutamakan dan
menghargai eksistensi manusia. Oleh karena itu, Allah sangat murka apabila
manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa dasar aturan Nya. Perilaku
tercela seperti merampok, membunuh, asusila, dan pelanggaran hak asasi manusia
merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia yang sesungguhnya telah
dimuliakan oleh Allah. Nah, untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampu
membentengi diri, marilah kita bersama-sama menganalisisnya dalam pembahasan
kali ini.
Dalam Encyclopedia Brittanica,
akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi
yang sistematik
tentang tabiat
dari pengertian nilai baik,
buruk,
seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap
sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang
ingin dikatakan berakhlak.
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan
baik atau buruk
Akhlak bersumber pada agama. Peragai
sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat
dan watak
yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk,
ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.
Lingkungan yang paling kecil
adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat
dan watak
yang merupakan bawaan seseorang. Tolong-menolong merupakan salah satu akhlak
baik terhadap sesama.
Akhlak tercela (Akhlakul mazmumah), yaitu
segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut
sangat di benci oleh Allah SWT.
Pada hakikatnya, bila kita tidak ingin dicela, maka kita
jangan mencela orang lain. Mereka yang tersesat mengikuti ajakan hawa nafsunya
dan terjerumus dalam kesesatan dan perbuatan tercela berarti telah terjangkit
penyakit hati.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Hati
dinamakan qalbu karena selalu bolak-balik, perumpamaan hat itu bagaikan bulu
yang tergantung di bawah pohon yang selalu dibolak-balik angin dari atas dan
bawah saling bergantian.”
Beberapa sifat tercela antara lain: hasud,
dengki, iri, suka membicaran aib orang, mengumpat, dusta, dan lain lain.
Rasulullah s.a.w. bersabda
yang bermaksud:“Bukankah aku telah memberitahu kamu tentang ahli-ahli
neraka? Mereka itu ialah orang-orang yang keras kepala, sombong, suka mengumpul
harta tetapi tidak suka membelanjakannya untuk kebaikan”.
1. Keras kepala
(degil) adalah sifat orang yang tidak mahu menerima kebenaran. Begitu juga
orang yang tamak pada harta dan tidak suka membelanjakan harta untuk kebaikan
kerana sombong, mereka ini tergolong sebagai ahli neraka.
2. Harta merupakan amanah Allah kepada menusia
oleh itu ia hendaklah dibelanjakan untuk diri, keluarga dan orang-orang yang di
bawah tanggungan serta memberi bantuan kepada orang yang memerlukannya dengan
cara yang diredhai oleh Allah.
3. Islam amat
melarang umatnya bersifat dengan sifat-sifat yang tercela, seperti sombong,
takbur, riak, keras kepala, suka tamak dan sebagainya kerana semua sifat-sifat
ini boleh menyeret seseorang itu ke dalam neraka.
Dari 'Amr bin
Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata,
"Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap
makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu,
orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?".
Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah
mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu
cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab,
"Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa
keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas,
"Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami
memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati".
Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu
menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar
(ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka
sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan
dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju
syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah
itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian
maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas,
"Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya.
Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/
Juz III/ Hal. 140)
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya
sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya
sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah,
pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri
dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia
mempunyai perbuatan.
Dalam bergaul di tengah-tengah masyarakat, kita tidak
boleh memiliki sifat ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Semua sifat itu
akan merugikan diri kita sendiri.
Nah, mari kita pelajari pengertian serta bahaya
ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah berikut ini........................
ANANIAH
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab ana yang
berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan kata iyah. Ananiah berarti
’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut egois, yaitu sikap hidup yang terlalu
mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan
orang lain.
Egois merupakan sifat tercela yang dibenci oleh Allah
swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan
pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois biasanya
membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan rendah.
Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.
Firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa
diri paling benar, menganggap orang lain salah.
Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah
suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis.
Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku
ananiah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri
sendiri ataupun
orang
lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan
akan mengarah pada
sikap
takabur yang dibenci Allah swt
c. Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan
mempunyai hak yang
sama.
d. Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois antara lain
:
a. jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang
yang egois tidak suka
menolong
orang lain.
b.Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.Menimbulkan kebencian dan permusuhan , sehingga
merugikan diri sendiri.
GADAB
Gadab (marah) secara bahasa artinya keras, kasar, dan
padat. Orang yang marah (pemarah) disebut gadib. Gadab merupakan antonim
(lawan kata) dari rida dan hilm (murah hati) . Secara istilah, gadab
berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan
atau perbuatan orang lain.
Amarah selalu
mendorong manusia bertingkah laku buruk atau jahat. Seorang pemarah tergolong
lemah imannya karena berpandangan picik dan tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya. Sebaliknya, jika
seorang berpandangan luas dan dapatmengendalikan hawa nafsunya, maka ia akan
bersikap arif atau bijaksana dalam menyelesaikan setiap masalah.
Orang mukmin yang baik selalu bersedia memaafkan
kesalahan saudaranya, baik yang diminta ataupun tidak,karena hanya mengharapkan
keridaan Allah SWT.
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali
Imran: 134)
Contoh Ghadab; marah tanpa sebab, mudah tersinggung,
tidak bisa mengendalikan diri.
Menghindari Perilaku Gadab
Adapun untuk menghindari perilaku gadab diantaranya:
a. Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas
panjang.
b. Meninggalkan factor-faktor yang menyebabkan
timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci
Allah swt. dan manusia
d. Berusaha belajar, lapang dada, dan mudah memaafkan
orang lain.
Akibat buruk
sifat ghadab atau pemarah antara lain :
a. Dibenci Allah, Rasul-Nya, dan manusia.
b. Dapat merusak iman seseorang.
c. Menimbulkan dendam dan sakit hati.
d..Menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan, sehingga
merusak
persahabatan
dan persaudaraan.
Rasulullah Saw bersabda :
Sesungguhnya murka dan marah itu dapat merusak iman
sebagaimana juga dapat
merusak madu;
Cukuplah terhinanya murka dan marah sebagai pelajaran
bagimu, yaitu engkau berfikir dan merenung tentang perbuatan seseorang di saat
ia murka dan marah.
HASAD
Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan
benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.
Secara istilah ialah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak
senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan atau karunia dari Allah
swt.
Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan
atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang
sangat berbahaya, karena harus dijauhi. Apabila dibiarkan ,akan dapat merusak
dan menghilangkan
semua amal kebaikan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : “jauhkanlah
dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan , ibarat
api yang membakar kayu.” (HR. Abu Daud )
Contoh Hasad; mencemarkan nama baik orang lain,
menjelek-jelekan orang lain karena iri, dan suka memusuhi orang lain.
Cara menghindari perilaku hasad antara lain :
a. Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahaya dan
harus dijauhi
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus
segala kebaikan yang
dilakukan
Apabila masih suka menghasad.
d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa
kita.
e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan
yang kita miliki.
Di dalam Al-Quran dikisahkan:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurutyangsebenarnya, ketika keduanya memper-sembahkan
kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil).
Qabil berkata : “Aku pasti membunuhmu!”
Berkata Habi l: “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali
dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi
penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim.”
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap
mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di
antara orang-orang yang merugi.
GIBAH
Secara bahasa, gibah (menggunjing) ialah membicarakan
keburukan (keaiban) orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelekan
dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik
jasmani, agama, kekayaan, akhlaq ataupun bentuk lahiriyahnya.
Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bias
terjadi dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal ini berhubungan dengan
agama seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik ,munafik dan
lain-lain.
Allah swt melarang keras perilaku gibah tersebut dan menyeru untuk
menjauhinya, karena gibah digambarkan dengan sesuatu yang amat kotor dan
menjijikan .
firman Allah swt:
Artinya : “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya..”( QS. Al Hujurat : 12 )
Contoh Gibah; mengumpat dan suka membeberkan kesalahan
orang lain
Cara menghindari dari perilaku tercela antara lain :
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan gibah ialah penyebab
kemarahan dan
kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah
akan pindah
kepada
orang yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat
terlebih dahulu aib
dirinya
sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya gibah
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan
gibah
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya.
"Artinya : Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya,
niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari
wajahnya". (HR Ahmad) "Wahyu Pamungkas"-Dibawah Naungan Al-Quran.
NAMIMAH
Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara
istilah, namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah antara seseorang
dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuhan. Namimah termasuk
perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah swt. dalam Al Qur’an :
Artinya : ‘ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang
banyak bersumpah lagi gina, yang banyak mencela yang kian kemari menghambur
fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa,
yang aku kasar selain dari itu yang terkenal kejahatannya.: (QS> Al Qalam 10
– 14 )
Contoh Namimah; bermuka dua, suka mengadu domba orang
lain.
Namimah hukumnya haram berdasarkan
ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan
haramnya namimah dari Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala, yang artinya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak
bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.”
(QS. Al Qalam: 10-11)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)
Perkataan “Tidak akan masuk
surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas bukan berarti bahwa
pelaku namimah itu kekal di neraka. Maksudnya adalah ia tidak bisa
langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah untuk tidak mengkafirkan
seorang muslim karena dosa besar yang dilakukannya selama ia tidak
menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut berstatus kufur akbar semisal
mempraktekkan sihir -ed).
Ya ukhty, janganlah rasa tidak suka
atau hasad kita pada seseorang menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil
kepadanya, termasuk dalam hal ini adalah namimah. Karena betapa banyak
perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Lebih
dari itu, hendaknya kita tidak memendam hasad (kedengkian) kepada saudara kita
sesama muslim. Hasad serta namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci
Allah karena dapat menimbulkan permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar
kaum muslimin bersaudara dan bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.
Oleh: Syaikh Abbas al-Qummi Saudaraku, berusahalah
sebisa mungkin untuk tidak marah dan murka. Ukirlah jiwa dan dirimu dengan
hiasan kesabaran dan ketabahan. Ketahuilah sesungguhnya marah dan murka itu
merupakan kunci segala keburukan dan bisa jadi bahwa puncak kemarahan itu akan
mengakibatkan kepada kematian secara tiba-tiba
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan
daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri),
dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas
kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,)
Ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena
berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah.
“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu
(hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah,
lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun
malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia
infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).
Berbicara
mengenai bahaya lisan memang tidak ada habisnya. Lisan, hanya ada satu di
tubuh, tapi betapa besar bahaya yang ditimbulkan olehnya jika sang pemilik tak
bisa menjaganya dengan baik. Ada pepatah yang mengatakan “mulutmu adalah
harimaumu”, ini menunjukkan betapa bahayanya lisan ketika kita tidak
menjaganya, sedangkan pepatah jawa mengatakan ajining diri ono ing lati,
yang maknanya bahwa nilai seseorang ada pada lisannya, nilainya akan baik jika
lisannya baik, atau sebaliknya.
Bahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada
seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada
di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya
surga.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga Allah Ta’ala selalu
melindungi kita dari kejahatan lisan kita dan tidak memasukkan kita ke dalam
golongan manusia yang merugi di akhirat dikarenakan lisan yang tidak terjaga, “Allahumma
inni a’uudzubika min syarri sam’ii wa min syarri bashori wa min syarri lisaanii
wa min syarri maniyyii.” (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu
dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku, lisanku, hatiku, dan kejahatan
maniku.
Kesimpulan & Hikmah
Ø Kesimpulan
:
· Perilaku tercela adalah
Ananiah, Ghibah, Gadab, Hasad, dan Namimah.
· Ananiah
adalah sifat yang menilai sesuatu berdasarkan dirinya sendiri sehingga tidak memedulikan
kepentingan orang lain. Ananiah sering disebut egois.
· Gadab
merupaka sifat tercela yang berarti marah. Marah adalah perasaan sangat tidak
senang.
· Hasad
berarti menaruh perasaan marah atau benci karena iri terhadap keberuntungan
orang lain. Hasad juga sering disebur iri hati atau dengki.
· Gibah
adalah membicarakan seseorang yang tdak ada kenyataanya dengan maksud mencari
kesalahan-kesalahannya serta menjeek-jelekannya.
· Namimah
sering diartikan fitnah. Fitnah adalah perkataan buhong atau tanpa dasar dengan
maksud menjelekkan orang-orang lain.
Ø
Hikmah
:
· Kita dapat menghindari sifat-sifat tercela
dalam kehidupan. Karena sadar itu semua
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
· Bergaul di tengah masyarakat dengan saling
sayang-menyayangi.
· Hidup bahagia tenang dan damai karena tidak ada rasa benci dan resah
terhadap
siapapun.
· Senantiasa
sabar walaupun ada berbagai masalah.
· Terbebaskan dari permusuhan dan pertengkaran
terhadap sesama.
· Berusaha mengoreksi kesalahan sendiri.
· Selalu mengingat Allah sehingga Menambah iman
dan taqwa pada Allah
0 komentar:
Post a Comment