1.
Kelahiran Nabi Muhammad
Para
penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun
Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan
Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang
di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya,
Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih
dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada
saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke
Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam
ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa
hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib,
dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh
kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh
pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya
disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri
Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir
semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan
Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan
Syi’ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung
Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan
kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2
Agustus 570M).
2.
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika
Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia
mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk
menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum
dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan
sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas,
membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk
Mekkah.
Seseorang
yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah
seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status
tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke
berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona
sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang
dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua
kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan
keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya,
Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu
Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia
masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka,
karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih
menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan
mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup
sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal
yang lebih penting.
3.
Nabi Muhammad Memperoleh Gelar
Ketika
Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam
perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang
peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara
kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga
akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Diriwayatkan
pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan
cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa
di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang
memiliki arti “yang benar”.
4.
Kerasulan Nabi Muhammad
Muhammad
dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan
dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua
Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian
dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah
disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon
kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada
suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya
dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab,
“Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca,
tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
Ini
merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40
tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan
berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di
Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan
berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya
panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan
pengalamannya kepada sang istri.
Untuk
lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara
sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi
terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang
dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan
menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar
(Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia
seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu
turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu
tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan
dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qur??n
(bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan
sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian
ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan,
tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan
As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka
yang menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
5.
Nabi Muhammad Mendapatkan Pengikut
Selama
tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada
teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan
meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan
masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun
pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak
tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al
Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan
bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan
As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat
halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa,
dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh
pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja
Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi
mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah
ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara
Mekkah.
6.
Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah
Di
Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat
jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan
tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam
kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di
antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari
Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui
Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah
secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun
berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah.
Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul
Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam
pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah
ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui
bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah
Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan
berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung
selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya
berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai
Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di
Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad.
Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah
yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan
tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian
dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian
diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
7.
Penaklukan Mekkah
Pada
tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah
dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir
kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat
Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada
tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad
memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada
di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan
peraturan agama Islam di kota Mekkah.
8.
Mukjizat Nabi Muhammad
Seperti
nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya
seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam
beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda
pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini
diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Dalam
syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an, karena pada masa
itu bangsa Arab memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad
sendiri adalah orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil
dikarang olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam
pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra
dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki
Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
9.
Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Berikut
adalah penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah,
sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih
hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah
dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan
keseharian Muhammad, di antaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit
kemerahan, terurai hingga bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya
cenderung bulat dengan sepasang matanya hitam dan bulu mata yang panjang. Tidak
berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang
kepala besar dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula
terlalu pendek, berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu
badannya halus memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal
dan lentik memanjang.
Apabila
berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya,
beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah
dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian
dan memang ia adalah penutup para nabi. Ia adalah orang yang paling dermawan,
paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan
paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan
menyukainya.
Setiap
orang yang bertemu Muhammad pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang
yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Muhammad di mata
khalayak, akhlaknya yang sangat mulia digambarkan dalam salah satu ayat
Al-Qur’an:
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam
hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih
dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam
satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh
sedang, kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam.
Rambutnya berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan
janggutnya masih sedikit.
Anas
juga mengatakan bahwa Muhammad memiliki tinggi sedang, tidak tinggi sekali
ataupun pendek, tegap. Bila ia berjalan sangat gesit dengan tubuh condong
sedikit kedepan.
Bara’a
bin Aazib mengatakan bahwa Muhammad memiliki tinggi yang sedang, dengan tulang
pundak bidang. Rambutnya cukup tebal, panjang sampai batas telinga.
Ali
bin Abi Thalib meriwayatkan bahwa Muhammad tidaklah tinggi dan juga pendek.
Telapak tangan dan kaki beliau padat berisi. Ia memiliki kepala yang agak besar
dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah sampai pusar.
Jika berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat) dari suatu
ketinggian. Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat orang sepertinya di
antara sahabatnya sesudah wwafatnya Muhammad.
Ali
menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk
dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya
hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian tulang yang kuat dada, tangan
dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada
sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan
wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Diantara bahunya ada tanda
kenabian. Muhammad orang yan baik hatinya dan paling jujur, orang yang paling
dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul
dengannya maka akan langsung merasa terhormat, khidmat, menghargai dan
mencintainya.
Hind
bin Abi Halah mendapat cerita dari Hasan bin Ali mengatakan bahwa Muhammad
memiliki pribadi mulia dan sangat agung jika orang melihatnya. Wajahnya bercahaya
seperti bulan purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata orang tapi lebih
pendek dari orang yang jangkung. Kepalanya lebih besar dari rata-rata orang dan
rambutnya agak keriting (berombak) agak panjang hingga mencapai kuping dan
dibelah tengah. Kulit berwarna cerah dahinya agak lebar. Alis matanya
melengkung hitam dan tebal, di antara alisnya nampak urat darah halus yang
berdenyut bila sedang emosi.
Hidungnya
agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol
jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak. Berjanggut tipit tapi
penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak
renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya
normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang
belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat,
bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan
dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak
tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki
cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun
serta berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan
dengan orang maka ia memandang orang itu dengan penuh perhatian dan tidak
pernah melototi seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan agak
dibelakang, terutama jika saat melakukan perjalanan jarak jauh dan ia selalu
menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari
kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut yang agak
lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing.
Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar
rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih
indah dari rembulan tersebut.
Abu
Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad
lebih mirip purnama yang cerah.
Abu
Hurairah mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari
perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang
yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya secemerlang
matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah
digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan. Dikatakan jika Abu
Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya Muhammad dan nampak ia
seperti berjalan santai saja.
Jabir
bin Abdullah mengatakan, Muhammad pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan
gambaran tentang para nabi. Diantaranya adalah Musa berperawakan langsing
seperti orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang mirip salah seorang
sahabatnya yang bernama Urwah bin Mas’ud dan ketika melihat Ibrahim dikatakan
sangat mirip dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Muhammad juga
mengatakan bahwa ia pernah melihat Malaikat Jibril yang mirip dengan Dehya
Kalbi.[24]
Said
al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada
saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara
langsung Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad memiliki roman muka
sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu
Abbas mengatakan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat
dan jika bericara nampak putih berkilau.
10.
Pernikahan Nabi Muhammad
Selama
hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat
mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung
selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat
bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun
meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal
Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia
menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana
Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat
menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana
sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para
ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan
budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih
susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
11.
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam
mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk
menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul
sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti
halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan
persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan
Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu
hanyalah Allah (QS 21:25).
sumber : duniabaca.com/
0 komentar:
Post a Comment